LAPORAN
Sebagai Syarat untuk Memenuhi Tugas Ilmu Sosial
dan Budaya Dasar (ISBD)
Sistem Religi/Keagamaan Masyarakat didesa Sruni
Dosen Pembimbing: Adzkiyak,SS.MA
Disusun oleh:
Kelompok 7
Zainul Abidin (130810201004)
Ika sulistiowati (130810201184)
Muhammad Riski B (130810201208)
Unit Pelaksana Teknik
Bidang Studi Mata Kuliah
Umum (UPT BS MKU)
Universitas Jember
2014
KATA PENGANTAR
Puji yukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, dengan
terselesaikannya laporan observasi Tugas Ilmu Sosial Budaya Dasar. Laporan ini
dibuat dengan maksud untuk memberikan laporan lengkap hasil analisis yang telah
dilakukan penulis dilapangan.
Secara umum, laporan ini menguraikan tentang sistem keagamaan
masyarakat di sekitar Desa Sruni yang dipilih sebagai objek utama penelitian.
Laporan ini juga memberikan informasi tentang beberapa hal yang menjadi analisa
dilapangan serta memiliki hubungan dengan mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar
(ISBD). Hal ini dimaksudkan agar mahasiswa yang memprogram mata kuliah ISBD
dapat melihat keadaan Sosial Budaya yang ada dilapangan sebagai perbandingan
dengan teori di bangku perkuliahan.
Akhirnya, Kami menyampaikan selamat dan terima kasih kepada
seluruh pehak yang telah mendukung observasi Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD) ini,
sehingga kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik dan lancer serta pada
akhirnya menghasilkan data-data yang akurat untuk menunjang perkuliahan.
Jember,11 Maret 2014
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................
i
HALAMAN KATA PENGANTAR............................................................
ii
HALAMAN DAFTAR ISI............................................................................
iii
BAB I. PENDAHULUAN.............................................................................
1
1.1 Latar Belakang...................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................
2
1.3.Tujuan dan Manfaat...........................................................................
2
1.4 Lokasi Observasi................................................................................
2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................
3
2.1 Pengertian Desa................................................................................
3
2.2 Pengertian Agama............................................................................
3
BAB III. METODE OBSERVASI...............................................................
7
3.1 Diskusi kelompok dan pencarian referensi.......................................
7
3.3 Persiapan ke lapangan.......................................................................
7
3.3 Pengambilan data.............................................................................
7
3.4 Menganalisis dan
menyusun data.....................................................
7
3.5 Pemasukan data ke dalam laporan....................................................
7
BAB IV. PEMBAHASAN.............................................................................
8
4.1.Gambaran Umum Lokasi ................................................................ 8
4.2.Perjalanan ke Lokasi........................................................................
8
BAB V. HASIL ..............................................................................................
16
5.1 identitas ............................................................................................
16
5.2 Tabel pertanyaan wawancara ...........................................................
16
BAB V. PENUTUP........................................................................................
19
5.1 Kesimpulan........................................................................................
19
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
20
LAMPIRAN...................................................................................................
21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Agama
merupakan suatu tonggak kepercayaan bagi manusia dalam menjalani hidupnya dan merupakan media
komunikasi antara manusia dengan Tuhan. Agama mengatur hubungan manusia Tuhan,
manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan lingkungannya. Manusia menggunakan
agama untuk mencari kebenaran dan agama diyakini sebagai kebenaran oleh
manusia. Agama merupakan suatu keyakinan yang diyakini dan dipercayai oleh
setiap pemeluknya. Agama diyakin sebagai pedoman bagi setiap penganutnya dalam
kehidupan, baik dalam konteks individu maupun bermasyarakat. Agama dapat
berfungsi sebagai alat pengontrol perilaku manusia dalam kehidupannya.
Kebebasan
memeluk agama dan menganut suatu kepercayaan merupakan hak asasi manusia
sepenuhnya. Indonesia merupakan Negara yang menganut paham demokrasi yang
memberi kebebasan bagi setiap warganya dalam beragama. Kebebasan untuk memeluk
atau menganut suatu agama bagi masyarakat Indonesia tercantum dalam UUD 1945
pasal 9 ayat 2. agama yang diakui di Indonesia ada lima yakni, Islam, Katolik,
Protestan, Hindu dan Budha. Agama Islam merupakan agama yang memiliki penganut
paling banyak di Indonesia.,“ dengan jumlah pengikut sekitar 99%, Islam di
negeri kita praktis merupakan agama nasional” (Nurcholis Madjid, 2003;23).
Namun kini segelintir
manusia telah mencoba untuk menenggelamkan Agama menjadi sebuah barang antik
yang sifatnya hanya untuk di pajang dan dikenang. Hal ini di sebabkan antara
lain oleh, telah terlalu lamanya Agama mengiringi kehidupan manusia. Sehingga
Agama di anggap sebagai sesuatu yang kuno. Dan dikhawatirkan Agama tidak akan
sanggup mengikuti perkembangan zaman. Dan kebutuhan-kebutuhan manusia yang
semakin beraneka ragam. Selanjutnya, sebagai manusia yang menyetujui hal ini
beranggapan bahwa kini telah terdapat alternatif lain untuk menggantikan peran
Agama, yaitu, teknologi. Agama yang selalu membicarakan hal-hal yang sifatnya
eskatologis akan dengan mudahnya digantikan oleh tehnologi yang dipastikan
hanya akan membicarakan hal-hal yang sifatnya logis.
Namun ternyata anggapan
semacam ini adalah anggapan yang sepenuhnya keliru, karena nyatanya hingga kini
Agama menjadi sesuatu yang tak terpisahkan dalam tiap sendi kehidupan manusia.
Bahkan manusia yang menganggap dirinya sebagai manusia yang paling modern
sekalipun tak lepas dari Agama. Hal ini membuktikan bahwa Agama tidaklah
sesempit pemahaman manusia mengenai kebenaranya. Agama tidak saja membicarakan
hal-hal yang sifatnya eskatologis, malahan juga membicarakan hal-hal yang logis
pula. Agama juga tidak hanya membatasi diri terhadap hal-hal yang kita anggap
mustahil. Karena pada waktu yang bersamaan Agama juga menyuguhkan hal-hal yang
riil. Begitulah Agama, sangat kompleks sehingga betul-betul membutukan mata
yang sanggup “melek” (keseriusan) untuk memahaminya.
1.2.Rumusan masalah
1) Agama apa saja yang dianut oleh masyarakat Dusun Sruni?
2) Apakah kepercayaan
mayoritas di dusun Sruni?
3) Adakah kebiasaan khusus
yang kerap dilakukan masyarakat dusun Sruni?
4) Bagaimana Asal usul
islam masuk ke dusun Sruni ini?
1.3.Maksud dan tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari diadakannya
observasi ini adalah:
1) Untuk mengetahui kehidupan sosial budaya, terutama sistem keagamaan didusun Sruni
2) Untuk mengerti dan
memahami masalah sosial terutama di bidang ke agamaan dusun Sruni.
1.4.Lokasi observasi
Observasi
ini di lakukan di daerah sekitar kabupaten Jember, tepatnya di dusun Sruni,
desa Jenggawah, kecamatan Jenggawah, kabupaten Jember. Lokasi ini dipilih
dengan alasan sebagai berikut :
1. Lokasi ini merupakan
daerah yang mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani, karena
itu pasti ada dampak pada daerah ini mengenai kebudayaan atau ritual yang masih
dilestarikan.
2. Adanya organisasi
keagamaan yang membuat lokasi ini patut untuk di jadikan tempat observasi.
3. Adanya ritual-ritual dan
adanya pondok pesantren, hal ini merupakan pokok bahasan yang menarik dari sisi
keagamaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Desa
Desa merupakan bentuk pemukiman
yang mempunyai tatanan atau aturan hidup tersendiri yang di dalamnya dapat
menata kehidupan para pemukim, selain itu desa juga merupakan konsentrasi
penduduk pada suatu tempat yang mempumyai berbagai kemudahan dimana
memungkinkan kehidupan satu masyarakat dapat berlangsung. Desa juga di
definisikan sebagai suatu lingkungan yang penduduknya kurang dari 2500 orang
(analisa statistik), memiliki hubungan yang akrab dan serba informal diantara
sesame warga (analisa sosial psikologi), dan penduduknya tergantung pada sektor
pertanian.
Desa merupakan bentuk suatu
pemukiman yang memiliki ciri atau aspek tertentu yaitu suatu desa biasanya
terdiri dari sekelompok rumah yang saling berdekatan dan memiliki keakraban
diantara warganya, desa biasanya terapat lahan pekarangan dan lahan usaha tani
yang umumnya letaknya tidak jauh dari pusat pemukiman, selain lahan
peklarangan, lahan usaha tani terdapat pula padang pengembalaan yang
dipergunakan untuk mendukung kehidupan dan kebutuhan sehari – hari ( Sugihen,
2005a).
Menurut Chambers (2000a), beberapa
daerah tertentu suatu desa mempunyai perangkat bangunan tempat upacara sosial
dan budaya dan bangunan khusus untuk kegitan ritual keagamaan. Desa juga menyediakan bangunan fasilitas umum
yang dapat di pakai untuk berbagai tujuan seperti pertemuan rapat – rapat desa,
upacara – upacara, dan penginapan bagi tamu desa. Persyaratan fisik pada desa
juga mempunyai persyaratan non fisik yang mencakup berbagai macam lembaga dan
organisasi sosial serta budaya pedesaan seperti lembaga pemerintah desa
(perangkat pimpinan desa), ulama, kaum cerdik pandai, lembaga-lembaga ekonomi dan
lembaga – lembaga swadaya masyarakat yang fungsional.
Menurut Shabab (2007), berbagai
pengamatan bentuk desa (pola, pengaturan atau organisasi dan tata letak
bangunan pemukiman) berbeda dari suatu daerah ke daerah lain. Hal ini
dipengaruhi oleh kondisi alam lingkungan alam sekitar (geografis) pada setiap
wilayah. Bentuk desa juga berkaitan erat dengan karakteristik sosial dan budaya
yang dominan dipemukiman bersangkutan. Kebutuhan vital, tingkat pengetahuan,
dan tingkat teknologi yang dimiliki oleh masyarakat desa sering berperan dalam
menentukan tata letak (ruang) suatu desa. Suatu desa atau pemukiman tidak akan
terbentuk tanpa adanya sekelompok penduduk atau masyarakatnya.
2.2.Pengertian
Agama
Agama dan beragama punya
sejarah panjang sepanjang sejarah masyarakat dan manusia itu sendiri, manusia
yang memiliki akal, nafsu, perasaan ruhani. Agama ditemukan hampir disetiap
masyarakat bahkan setiap individu. Secara sosiologis, masyarakat dan manusia dalam
menganut agama atau beragama punya ciri-ciri mempercayai sesuatu yang digunakan
secara fanatik, mensakralkan sesuatu, percaya kepada yang gaib (supernatural).
Ciri-ciri beragama atau menjadikan sesuatu sebagai agama ini ditemukan pada
setiap masyarakat. Karena itu beragama adalah gejala universal, ditemukan dari
awal masyarakat manusia ada sampai akhir zaman. (Bustanuddin Agus,2003:1).
Dari perpektif antropology sendiri
melihat Agama atau menafsirkan Agama adalah: merupakan sebuah sistem budaya,
dimana setiap sistemnya terdapat unsur yang memungkinkan terbentuknya sebuah
sistem itu. Antropologi memandang sebuah hal penting dari terbentuknya sistem
budaya ini. Yakni sistem gagasan yang mendasari terbentuknya sistem budaya
“beragama” ini. Sistem gagasan inilah yang akhirnya menuntun pemikiran manusia
hingga menuju pada Tuhan yang nantinya akan di sembah. Agama di sebut sebagai
sebuah sistem budaya karena Agama merupakan sebuah hasil dari “sistem gagasan”
manusia terdahulu. Sistem gagasan disini bermaksud. Bahwa masyarakat primitif
dahulu mengunakan Agama sebagai “alat” penjelas terhadap fenomena-fenomena alam
yang terjadi, lambat laun manusia primitif menganggap bahwa segalanya memiliki
ruh. Segala fenomena yang disaksikan dan yang mereka nisbahkan pada ruh.
artinya dengan demikian, manusia primitif dapat menafsirkan fenomena-fenomena
yang ada diartikanya seperti banjir, gempa, dan lainya dengan padangan
tersebut.
Sedangkan bagi Max Weber
melihat gejala Agama adalah: Tuhan tidak ada dan hidup untuk manusia, tetapih
manusialah yang hidup demi Tuhan. Lebih jauh mengenai masalah ini, dijelaskan
bahwa menjalankan praktek-praktek keAgamaan merupakan upaya manusia untuk
merubah Tuhan yang irasional menjadi rasional. Semakin kita menjalankan
peritah-perintah Tuhan maka akan semakin terasa kedekatan kita terhadap Tuhan.
Berbeda lagi dengan pendapatnya Emile Durkhem yang menyatakan bahwa
Agama secara khas merupakan permasalahan sosial, bukan individual. Karena yang
empirik (pada saat itu) Agama di praktekkan dalam ritual upacara yang
memerlukan partisipasi anggota kelompok dalam pelaksanaanya. Sehingga yang
nampak saat itu adalah Agama hanya bisa dilaksanakan pada saat berkumpulan
dangan angota sosial, dan tidak bisa dilakukan tiap individu.
BAB III
METODE OBSERVASI
3.1.Diskusi kelompok dan pencarian referensi sebelum ke
lapangan.
Hal ini di maksudkan
agar saat di lapangan proses penggalian informasi dapat terlaksana dengan baik
dan tidak ada hambatan dalam proses observasi karena sudah ada rencana yang
matang apa yang harus di kerjakan saat sudah ada di lapangan.
3.2.Persiapan ke lapangan.
Mempesiapkan apa saja
hal yang di butuhkan saat di lapangan dan merencanakan apa saja kegiatan selama
di lapangan.
3.3.Pengambilan data.
Dengan cara wawancara
dengan nara sumber serta pengamatan-pengamatan langsung di lapangan bagaimana
keadaan sosial serta keagamaan di lapangan.
3.4.Menganalisis dan menyusun data.
Hal ini di lakukan agar
data bisa lebih mudah di pahami dan agar lebih jelas penyampaianya.
3.5.Pemasukan data ke dalam laporan hasil observasi.
Penyempurnaan
pengambilan data dengan memasukanya ke dalam laporan hasil observasi
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1.Gambaran Umum Lokasi
Dusun Sruni terletak di daerah
jenggawah jember. Keadaan lingkungan di
sana sangat kondusif dan masih asri dengan pemandangan hantaran ladang padi
yang masih bersih dan sekaligus gunung-gunung yang masih hijau. Di dusun Sruni
mayoritas penduduk bermata pencaharian petani, jadi di dusun Sruni keadaannya
cenderung sepi karena jika pagi, siang dan sore hari kebanyakan penduduk masih
bertani. Masyarakat di dusun Sruni cenderung ramah dengan para tamu. Meskipun
dusun ini sangat jauh dari perkotaan dan pelosok tapi sosialisasinya dengan
pendatang sangat mudah. Kemudian keadaan keagamaan di dusun Sruni adalah mayoritas penduduk beragama islam.
Hanya sedikit sekali yang beragama non islam, atau bisa dipastikan tidak ada
yang non-islam
4.2. Perjalanan ke Lokasi
Sebelum berangkat kami pastikan dulu untuk semua anggota kelompok telah
siap dengan apa saja yang dibutuhkan dalam observasi di lapangan. Setelah semua
berkumpul kami putuskan untuk segera berangkat tanpa menunda nunda lagi, Awal
perjalanan kami mulai pada hari rabu 11 Maret 2014. Mulai dari berangkat
kos yang kurang lebih sekitar jam 08.00 WIB. Perjalanan kami lakukan dengan tanpa
tujuan, iya kami katakan demikian karna dimanakah dusun sruni dan harus lewat
jalur mana kami sama sekali tidak tahu. Tetapi beruntungnya kami sebagai
manusia, terbesit ide untuk bertanya kepada siapa saja yang kami temui
diperjalanan. Yang namanya rasa santai dan nyaman tidak sama sekali kami temui
selama diperjalanan kata terburu buru lah yang dari awal menghidupkan sepeda
motor, sampai ditengah perjalanan menuju dusun sruni selalu terngiang di
pikiran, itu dikarenakan ada jam kuliah lagi sekitar jam 13.00 WIB.
Sekitar pukul 09.55 WIB kami sampai di
desa Ajung, satu satunya yang kami pikirkan adalah bertanya, kebetulan ada
sepasang suami istri yang cukup berumur dengan sepeda ontel dikayuh dengan
santainya terlihat begitu romantis dan so sweet nya. Kami mencoba
menghentikanya dan bertanya pada pasangan tersebut
“permisi pak buk, mau tanya pak desa sruni itu di mana ya pak??” Tanya ika.
“oh masih jauh dek, jalan raya ini ya lurus terus nanti sampai pasar
jenggawah ke selatan sedikit lalu ada pertiggaan belok kanan” jawab bapak
sepeda ontel.
“jalan yang besar ini pak?“ tanya ika lagi sembari menunjuk jalan raya.
“kalau nanti masih bingung nanya saja sama tukang becak disana, nah setelah
pasar ada post tukang becak” tambah bu sepeda ontel.
“oh iya buk terimakasih”
“adek adek ini mau kkn ya??” tanya ibuk sepeda ontel yang penasaran
“mm” sontak kami bertiga kaget dan diam tanpa kata, kami bertiga hanya bisa
senyum dan menahan ketawa, tidak salah memang pertanyaan ibuk tadi, karna kami
ketika observasi mengenakan jas almamater unej kebanggan kami.
“yaudah pak buk terimakasih banyak, maaf merepotkan sebelumnya, mari pak..
mari buk..” kata saya terburu buru.
setelah mendapat beberapa informasi lokasi dusun sruni kami langsung
melanjutkan perjalanan dengan kecepatan 60-80 Km/Jam, saat itu kami sangat
mengharapkan langit akan mendung tapi tidak sampai hujan, tapi panas ynag
sangat menyengat menembus baju dan almamater yang kami pakai. Tapi inilah
perjuangan demi memenuhi tugas kuliah, panas yang seperti ini tidak ada apa-apanya..
Tidak terasa 20menit terlewati sekitar 10 meter didepan kami terlihat
keramaian orang berjualan asumsi saya itu adalah pasar, dan memang benar itu
adalah pasar jenggawah yang tadi bapak dan ibuk sepeda ontel bicarakan. Setelah
pasar jenggawah memang ada belokan lalu kami langsung aja berbelok kekiri tanpa
melihat lihat lagi petunjuk, apakah ini desa sruni ataukah bukan, setelah itu
kebetulan ada pos tukang becak lalu kami bertanya lagi
“permisi pak mau numpang tanya, desa Sruni dari sini masih jauh pak?” tanya
ika pada bapak tukang becak.
“wah masih sangat jauh dek, jalan ini masih lurus nanti ada jembatan kecil
itu pas setelah jembatan belok ke kanan, dek” jawab pak tukang becak dengan
jelas.
“ooh iya pak terima kasih banyak pak, mari pak” pamit ika.
Kami kira itu adalah terakhir kalinya kami bertanya tentang arah kepada
orang orang yang kami lihat, ternyata perjalanan masih sangat panjang menuju
tempat tujuan, kali ini kami masuk padesaan yang akses jalannya sudah sangat
berbeda dari yang tadi, kali ini akan jauh lebih sulit, sambil lihat lihat
kekanan kekiri ternyata masih belum masuk ke desa sruni, rasa capek dan haus
serta lapar terus menggoyahkan pikiran kami yang memang dari pagi perut belum
terisi sesuap nasi pun. Yang ada dipikiran setelah sampai desa sruni hal
pertama yang harus kami temukan yaitu warung. Tetapi sebelum itu bagaimana cara
kami agar sampai ke desa sruni sebelum dzuhur, agar nanti pulangnya tepat
sebelum jam kuliah lainya dan tidak terlalu sore.
Lama diperjalanan bergumam gak karuan, kami berhenti sejenak untuk melepas
penat dan mencoba mendinginkan tubuh yang dari tadi kepanasan. kami berteduh
tepat dibawah pohon bambu yang cukup rimbun ditambah disekitar pemandangan
lahan jagung dan padi yang sudah waktunya dipanen. Perjalanan kami lanjutkan
kembali walaupun panas bukan lah halangan yang berarti, beberapa meter dari
perjalanan kami, kami melihat sekelompok anak anak bermain sepakbola di sebuah
lahan kosong, kami bertanya pada anak anak tersebut tentang desa sruni,
“iya kakak” seru adek adek itu serentak. “ada apa kak?” tanya salah satu
dari mereka
“kalo dari sini dusun sruni masih jauh ya?”
“ini dusun sruni kak,hahaa” jawab mereka serentak lagi, disertai tertawa
yang kekanak kanakan
“kalo balai desanya dimana dek?”
“disitu kak” sambil menunjuk ke arah tujuan
“dari jalan ini kemana dek?” tanya ika penasaran !
“haa apa dek,? Satu aja dek yang jelasin.” Seru ika agak kesal
“jalan ini ya kak, lurus aja nanti keselatan terus per empatan ke kiri
dikit. Pokoknya kalau ada sekolah TK ya di depan TK itu kak”
“oo gitu, makasi dek” kata ika sembari melambaikan tangannya
“iya kakak cantik” jawab mereka serentak lagi.
“makasi” jawab ika dalam hati sembari tersenyum tersipu malu.
Aku dan riski hanya menawan ketawa melihat kekoyolan anak anak ini, namanya
juga anak anak wajar kalo masih kekanak kanakan dan kepolosan mereka yang masih
alami.
Capek dari perjalanan dan berkeliling di kantor kepala desa dusun sruni,
selanjutnya kami bertujuan mencari warung untuk mengisi perut dan memulihkan
tenaga kami. Lama berkeliling dari sana kesini balik lagi kesana dan kesini
begitu seterusnya tidak ada satupun warung yang kami temui hanya toko toko kecil
dan penjual penjual jajanan di sekolahan,
Setelah itu kami melanjutkan pencarian kami, berkeliling mencari warung
kesana kesini, tidak lama kemudian kami menemukan warung yang tidak terlalu
ramai berbeda dengan warung warung yang ada didesaku dimana sebuah warung itu
kapanpun pasti akan ramai sekali dengan bapak bapak/ anak anak muda yang lagi
ngopi atau sekedar nongkrong dan ngobrol.
Tidak lama lama lagi kami mencoba memesan makanan tapi ternyata warung ini
tidak menjaul makanan, tapi untungnya masi ada mie instan yang ibu penjaga
warungnya bersedia untuk memasakkanya untuk kami. Sambil makan aku mendaapat
ide kenapa tidak sekalian mencari data data dan melakukan wawancara kepada ibu
ini untuk melengkapi tugas kami. Setelah aku rundingkan kepada ika dan riski
mereka setuju, sesi wawancara pun berjalan lancar.
“maaf bu boleh minta waktunya ibu
sebentar, kami kan ada tugas observasi di desa sruni ini dan kami ingin
menanyakan beberapa hal tentang desa sruni ini.” Tanya ika kepada bu warung.
“iya boleh, tugas KKN ya dek?? Kemaren itu juga ada mahasiswa unej yang KKN
di desa sebelah. Adek-adek ini dari fakultas apa?” tanya bu warung kepada kami
Tentu saja kami sangat ingin ketawa dan kaget sudah dua kali ini kami
dianggap mau KKN, yang terbesit di pikiran ku ialah apa wajah kami emang sudah
terlihat tua ya? Atau bagaimana? Yang pasti mungkin sudut pandang masyarakat
desa ini berbeda yang artinya mahasiswa dianggap pembawa perubahan untuk
desanya.
“mm, kami dari fakultas ekonomi bu, oh ya nama saya ika, sebelah saya ini
zainul dan satunya yang sana riski.” Jawab ika yang agak ragu, aku lega karna
ika tidak menjawab kami ini sedang KKN atau tidak jadinya tidak harus
berbohong.
“begini bu jadi tugas kami ini tentang sistem religi/keagamaan yang ada di
dusun sruni ini, lalu bagaimana asal usul tersebarnya agama islam di dusun
sruni ini ya bu?” tanya ika
“kalau asal usul nya ibu kurang tau, ya mungkin sudah sejak zaman dulu
kakek nenek ibu dulu lalu di bawa bapak ibu saya barulah diturunkan kepada
saya.” Jawab bu warung tersebut
“kalo di dusun sruni ini mayoritas beragama apa bu?” sahut ika
“kalo mayoritasnya semuanya islam masyarakat di desa ini.” Seru bu warung
“lalu adakah kegiatan khusus bu yang diadakan masyarakat desa sruni ini?”
tanyaku yang pengen tau.
“nah kegiatan kegiatan masyarakat sini yang sering dilakukan itu,
pengajian. Yang rutin dilakukan ibu-ibu desa sruni setiap hari selasa sore dan
rabo malam,” jelas bu warung
“bapak-bapaknya gak ada kegiatan pengajian bu?” tambah ika
“kalo bapak-bapak nya itu ada pengajian dulu setiap hari sabtu malam tapi sekarang
sudah gak jalan lagi. Ya tinggal pengajian ibu-ibu yang tadi rutin
dilaksanakan”
“itu pengajian dilakukan di masjid atau gimana bu?” tambah ika lagi
“yang selasa sore itu dilakukan di masjid utama desa sruni, yang rabo malam
dilakukan bergiliran di setiap rumah ibu-ibu desa sini” seru bu warung
“oo gitu, trus anak anak nya juga ikut pengajian juga bu?” tanya ika lagi
“anak anak disini setiap sore itu ngaji, disebelah sana itukan ada pondok
pesantren, disitu anak anak sini biasanya ngaji setiap sore.” Sembari menunjuk
kearah pondok.
“nama pondok pesantrennya apa bu?” sahut ku
“al al tanwirul apa gitu lupa ibu, ya nanti adek adek bisa lihat kesana”
kata ibu
“jauh bu ponpesnya dari sini?” sahut ku lagi
“ya jalan ini lo dek lurus aja kalo ada tembok tinggi itu pondoknya” jawab
bu warung
“oh ya berapa tadi bu makanan nya?” tanya ika
“semuanya 13.500 dek”
“oh ya ibu namanya siapa?” tanya ika lagi
“siti ainun alfiah”
“terima kasih bu, kalau gitu kami langsung ke ponpes aja bu” pamit ika
“iya dek”
“mari bu”
Perjalanan kami lanjutkan ke pondok pesantren yang ada di desa sruni ini,
kami tidak menyangka didesa yang kecil dan cukup sulit aksesnya ini masih
terdapat ponpes yang setiap sorenya digunakan untuk anak anak desa sruni
mengaji dan belajar Al Qur’an. Tak lama kami tiba di sebuah mushola kecil, lalu
kami berhenti. Kami kira disini lah seharusnya pondok pesantren itu berada.
Seperti yang bu ainun tadi katakan bahwasanya ada tembok tinggi di situlah
pondok pesantrenya. Tapi kami tidak menemukan adanya tanda tanda suasana
pondok, ramainya anak anak pondok, dan papan bertuliskan nama pondok tidak kami
temukan, ini sangat berbeda jauh dengan pondok pesantren yang sering aku temui
di kota kelahiranku, kota jombang. Lalu kami melihat seorang remaja yang tau
kalau kami sedang kebingungan dan butuh bantuan, sebelum kami bertanya. Remaja
itu bertanya lebih dulu pada kami
“nyari pondok pesantren, gatau namanya apa gitu dek.” Jawabku
“kalau pondok pesantren yang paling deket sini dimana dek ya?” tanya ika
“ini mbak masuk saja, ini pondok pesantren Al Tanwirul Qulub dusun Krajan
Desa Sruni.” Jawab remaja tadi sembari menunjukan jalan
“o ini pondoknya” kata ika
“tunggu sebentar mbak, mas tak panggilkan pengurusnya” kata remaja tadi
“iya” kata kami serempak
Ku kira pondok pesantren yang tadi di katakan bu ainun tadi itu pondok yang
besar luas, ramai dan terkenal. Tapi sebaliknya kecil, sepi dan jauh dari
perkiraan. Salah memang kalo aku membandingkan pondok disini dengan pondok di
jombang. Tapi ya sama ajaa yang namanya pondok ya tempatnya menuntut ilmu dan
mendalami Al Qur’an.
Cukup lama kami menunggu di depan mushola entah yang di panggil remaja tadi
seseorang yang sudah senior penuh ilmu atau seseorang yang sudah banyak ilmu
agamanya, bayangan yang bisa ku gambarkan lewat pikiranku ialah seseorang yang
berjenggot panjang dan memakai sarung dan gamis. 5 menit kami menunngu dan akhirnya
yang kami tunggu datang dan ternyata.
“assalamualaikum” kata pemuda dengan suara lirih,
“waalaikum salam” jawab kami.
yah tebakanku salah total, seseeorang ini masi muda, bisa dibilang seumuran
lah dengan kami bertiga. Pakaiannya pun biasa dengan kaos oblong dan celana
seperempat dengan topi yang dibalik kebelakang, mungkin salah jika aku mengira
pondok pesantren harus sama dengan apa yang ada di jombang, setiap pondok punya
kebiasaan dan tradisi berbeda-beda menyesuaikan kebutuhan dan kondisi lingkungan
pastinya.
“maaf mas mas ini dari mana ya?”
tanya pemuda itu.
“kami dari unej, kami kan ada tugas ya tentang sistem agama di desa sruni
ini, jadi kami minta tolong minta waktunya sebentar untuk mencari data data”
jelas ku
“insyaAllah kalau saya bisa dan tau akan saya bantu” kata pemuda itu
“masnya namanya siapa ya?” tanya ika
“nama saya Muhammad Fathul Bachri” jawab nya
“enaknya dipanggil mas siapa ya?” tanya ika lagi
“bachri, panggil bachri aja mbak”
“mas bachri asli jember atau perantauan?”
“saya asli jember, dari desa sebelah tepatnya.”
“kok bisa mondok disini itu alasanya bagaimana?” tanya ika penasaran
“jadi ini sebenarnya itu bukan pondok mbak dulunya, ini hanya mushola
biasa. Tapi dulu itu sering sekali di pakai buat ngaji anak anak sini sampai
ada yang menginap disini, makanya ada usulan dari pengurus mushola sini untuk
dijadikan pondok gitu” jelas bachri
“banyak mas yang mondok disini?” tanya ika
“dikit sih sekitar 10 an”
“pemilik pondoknya ada mas?” tanya ika lagi
“itu mbak rumahnya” kata bachri sembari menunjuk kearah rumah besar sebelah
pondok.
“orangnya ada mas?”
“gak ada mbak, lagi keluar dari kemarin”
“kalau asal usul tersebarnya agama islam di sruni ini gimana mas ya?” tanya
ika
“kalau itu saya kurang tau mbak ya, mungkin kyai kasman lebih tau soal itu”
kata nya
“kyai kasman itu pemilik pondok ini ta?” tanyaku
“iya mas”
“gitu, kalau mayoritas masyarakat sini beragama apa ya mas?” tanya ika
“100 % islam mbak, ada sih satu keluarga yang non islam”
“ada mas yang non islam? Rumahnya deket dari sini?” tanya ika
“agak jauh si mbak, yang non islam itu di desa sebelah sana mbak”
“oh jadi bukan penduduk desa sruni?”
“bukan mbak”
“mm kebiasaan khusus yang sering di lakukan masyarakat sini ada gak mas?”
tanya ku
“kalau kebiasaan khusus ada sih mungkin pengajian, trus kalau sore itu
disini ramai sekali, soalnya anak anak kalau mengaji ya disini”
“oh gitu, ramai ya pondoknya” kata ku
“ya gitu, tau sendiri lah mas gimana pondok an itu.” Katanya
“lalu untuk bapak bapak dan ibu ibu itu kalau pengajian setiap hari atau
gimana mas?” tanya ika pada bachri
“beda beda sih mbak, kalau ibu ibu biasanya setiap hari selasa sore sama
rabo malam, kalau untuk bapak bapak nya sudah jarang sih dilakukanya, gak se
rajin para ibu ibu.” Terangnya
“kalau kepercayaan kepercayaan yang lain ada gak mas yang masih diyakini?”
tanya ika lagi
“kepercayaan yang masih dilestarikan mungkin penyiapan sesajen yang masih
dilakukan hingga sekarang tapi sudah tidak lagi seperti dulu, ya hanya ketika
hari hari besar saja”
“tapi masih kan ya, biasanya itu digunakan untuk apa sih sesajen itu mas?”
tanya ika penasaran.
“setau saya mbak ya, sesajen itu digunakan untuk tanda terima kasih alam
sekitar, trus tolak balak”
“selain sesajen ada lagi gak mas yang kerap dilakukan masyarakat desa
sruni?” tanyaku pada bachri
“o ini kalau panen itu mas selalu diadakan perayaan, sebagai tanda syukur
kepada Allah yang telah memberikan rezekiNya kepada kami gitu” jelas nya
“oke mas itu aja, terima kasih atas waktunya” kata ika
“iya mbak. Mas sama sama” kata bachri.
“mari mas” kata ika.
Jam telah menunjukan pukul 12.30 WIB kami hanya punya waktu 25 menit dari
sini untuk kembali ke fakultas ekonomi, jarak yang kami tempuh sekitar 15 km.
Ngebut adalah pilihan kami dan semoga Allah memberi kelancaran pada kami.
Amiiin
BAB V
HASIL
5.1.IDENTIFIKASI
5.1.1.
IDENTIFIKASI STRUKTUR DESA
Nama Kepala Desa : Nanang Kusminarno, SH.
Nama Sekertaris Desa : Abdul Wahid, SE.
Nama Bendahara Desa :
5.1.2.
IDENTITAS PETANI
Nama Petani : Djumadi
Status :
Petani
Umur :
59 Tahun
5.1.3.
IDENTITAS PEMUDA
Nama : M
Fathul Bachri
Status : Pelajar
Umur :
21
5.1.4.
IDENTITAS IBU RUMAH TANGGA
Nama :
Siti Ainun
Status :
Pedagang
Umur :
52
5.2.TABEL PERTANYAAN WAWANCARA
Daftar Pertanyaan Wawancara yang diajukan
ke Petani
No
|
Pertanyaan
|
Jawaban
|
1
|
agama apa saja yang ada di
desa sruni?
|
Islam
|
2
|
Bagaimanakah asal usul dari tersebarnya agama tersebut di desa
sruni?
|
Gak tau
|
3
|
Siapa pembawa agama
tersebut ke desa sruni?
|
Gak tau
|
4
|
adakah tradisi khusus
masyarakat desa sruni?
|
Tidak ada
|
5
|
Sudahkah agama tersebut
mempengaruhi kehidupan sosial budaya di desa sruni?
|
Kurang tau
|
6
|
Apakah ada kebiasaan khusus
bagi penduduk di desa Sruni?
|
Bertani
|
7
|
Apakah ada kepercayaan-kepercayaan khusus bagi penduduk Sruni?
|
Tidak ada
|
Daftar Pertanyaan Wawancara yang diajukan
ke Pemuda
No
|
Pertanyaan
|
Jawaban
|
1
|
agama apa saja yang ada di
desa sruni?
|
Mayoritas penduduk beragama Islam, ada 2
kepala keluarga yang non muslim itupun diluar desa sruni.
|
2
|
Bagaimanakah asal usul dari tersebarnya agama tersebut di desa
sruni?
|
Kalau itu kurang tau
|
3
|
Siapa pembawa agama
tersebut ke desa sruni?
|
Kurang tau juga
|
4
|
adakah tradisi khusus
masyarakat desa sruni?
|
Ada, seperti Perayaan Panen raya yang merupakan upacara yang di
peruntukan untuk Allah yang telah memberikan limpahan rezekiNya kepada kami.
|
5
|
Sudahkah agama tersebut
mempengaruhi kehidupan sosial budaya di desa sruni?
|
Sudah mungkin
|
6
|
Apakah ada kebiasaan khusus
bagi penduduk di desa Sruni?
|
Di desa sruni ada kebiasaan khusus seperti ritual-ritual yang
masih di pertahankan seperti halnya pemberian sesajen pada perempatan jalan.
|
7
|
Apakah ada kepercayaan-kepercayaan khusus bagi penduduk Sruni?
|
Kepercayaan tentang hal hal mistis masih kuat disini
|
Daftar Pertanyaan Wawancara yang diajukan ke Ibu Rumah Tangga
No
|
Pertanyaan
|
Jawaban
|
1
|
agama apa saja yang ada di
desa sruni?
|
Islam
|
2
|
Bagaimanakah asal usul dari tersebarnya agama tersebut di desa
sruni?
|
Di dusun sruni ini mayoritas penduduk beragama islam dan
minoritas atau sangat sedikit sekali atau bisa dibilang hampir tidak ada yang
beragama non muslim. 100% warga beragama islam. Mayoritas penduduk adalah
nahdatul ulama (NU) dan hanya sedikit sekali yang muhammadiyah,
|
3
|
Siapa pembawa agama
tersebut ke desa sruni?
|
Kurang tau
|
4
|
adakah tradisi khusus
masyarakat desa sruni?
|
biasa menggelar selametan diantaranya tahlilan, pengajian selasa
sore dan rabo malem lain sebagainya. Hal ini di maksudkan juga untuk
bersosialisasi antar warga.
|
5
|
Sudahkah agama tersebut
mempengaruhi kehidupan sosial budaya di desa sruni?
|
Sudah mungkin
|
6
|
Apakah ada kebiasaan khusus
bagi penduduk di desa Sruni?
|
Ya seperti slametan, tahlilan trus
pengajian itu tadi.
|
7
|
Apakah ada kepercayaan-kepercayaan khusus bagi penduduk Sruni?
|
Tidak ada
|
BAB VI
PENUTUP
6.1.kesimpulan
Masyarakat desa sruni mayoritas muslim
1.
Kebanyakan masyarakat desa sruni taat dan
patuh pada Agama tetapi masih mempercayai sesajen
2.
Masyarakat desa sruni masih melakukan
kegiatan keagamaan seperti pengajian untuk ibu-ibu, bapak-baoak dan anak-anak.
3.
Tentang asal usul masuknya agama islam di
desa sruni tidak diketahui
4.
Selalu rutin diadakan perayaan setiap kali
panen raya.
LAMPIRAN
1.
pedoman wawancara
1.
agama apa saja yang ada di desa sruni?
2.
Bagaimanakah asal usul dari tersebarnya agama tersebut di desa sruni?
3.
Siapa pembawa agama tersebut ke desa sruni?
4.
adakah tradisi khusus masyarakat desa sruni?
5.
Sudahkah agama tersebut mempengaruhi kehidupan sosial budaya di desa
sruni?
6.
Apakah ada kebiasaan khusus bagi penduduk di desa sruni?
7.
Apakah ada kepercayaan-kepercayaan khusus bagi penduduk desa sruni?
2.
Transkip wawancara
Bu Siti Ainun :
Di dusun sruni ini mayoritas penduduk beragama islam dan minoritas
atau sangat sedikit sekali atau bisa dibilang hampir tidak ada yang beragama
non muslim. 100% warga beragama islam. Mayoritas penduduk adalah nahdatul ulama
(NU) dan hanya sedikit sekali yang muhammadiyah, yaitu sekitar 4 kepala
keluarga. Warga NU disana juga biasa menggelar selametan diantaranya tahlilan, pengajian
selasa sore dan rabo malem lain sebagainya. Hal ini di maksudkan juga untuk
bersosialisasi antar warga.
Mas M Fathul Bachri
Didusa ini semua penduduknya beragama islam, ada 2 kepala keluarga
yang non muslim itupun diluar desa sruni. Kemudian di desa sruni masih ada
ritual-ritual yang masih di pertahankan seperti halnya pemberian sesajen pada
perempatan jalan dan perayaan untuk panen raya. Perayaan Panen raya merupakan
upacara yang di peruntukan untuk Allah yang telah memberikan limpahan rezekiNya
kepada kami.
Pak Djumadi
Tidak ada