Selasa, 03 Juni 2014

Laporan Observasi ISBD 20

LAPORAN

Sebagai Syarat untuk Memenuhi Tugas Ilmu Sosial
dan Budaya Dasar (ISBD)





Sistem Religi/Keagamaan Masyarakat didesa Sruni
Dosen Pembimbing: Adzkiyak,SS.MA


Disusun oleh:
Kelompok 7

Zainul Abidin             (130810201004)
Ika sulistiowati          (130810201184)
Muhammad Riski B   (130810201208)


Unit Pelaksana Teknik
Bidang Studi Mata Kuliah Umum (UPT BS MKU)
Universitas Jember
2014



KATA PENGANTAR



Puji yukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, dengan terselesaikannya laporan observasi Tugas Ilmu Sosial Budaya Dasar. Laporan ini dibuat dengan maksud untuk memberikan laporan lengkap hasil analisis yang telah dilakukan penulis dilapangan.
Secara umum, laporan ini menguraikan tentang sistem keagamaan masyarakat di sekitar Desa Sruni yang dipilih sebagai objek utama penelitian. Laporan ini juga memberikan informasi tentang beberapa hal yang menjadi analisa dilapangan serta memiliki hubungan dengan mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD). Hal ini dimaksudkan agar mahasiswa yang memprogram mata kuliah ISBD dapat melihat keadaan Sosial Budaya yang ada dilapangan sebagai perbandingan dengan teori di bangku perkuliahan.
Akhirnya, Kami menyampaikan selamat dan terima kasih kepada seluruh pehak yang telah mendukung observasi Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD) ini, sehingga kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik dan lancer serta pada akhirnya menghasilkan data-data yang akurat untuk menunjang perkuliahan.
                                                                  

                                                                   Jember,11 Maret 2014


                                                                                    Penulis


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
HALAMAN KATA PENGANTAR............................................................ ii
HALAMAN DAFTAR ISI............................................................................ iii

BAB I. PENDAHULUAN............................................................................. 1
        1.1 Latar Belakang................................................................................... 1
        1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 2
        1.3.Tujuan dan Manfaat........................................................................... 2
        1.4 Lokasi Observasi................................................................................ 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 3
          2.1 Pengertian Desa................................................................................ 3
          2.2 Pengertian Agama............................................................................ 3
      
BAB III. METODE OBSERVASI............................................................... 7
          3.1 Diskusi kelompok dan pencarian referensi....................................... 7
3.3  Persiapan ke lapangan....................................................................... 7
          3.3 Pengambilan data............................................................................. 7
          3.4 Menganalisis dan menyusun data..................................................... 7
          3.5 Pemasukan data ke dalam laporan.................................................... 7

BAB IV. PEMBAHASAN............................................................................. 8
4.1.Gambaran Umum Lokasi ................................................................  8
4.2.Perjalanan ke Lokasi........................................................................ 8

BAB V. HASIL .............................................................................................. 16
5.1 identitas ............................................................................................ 16
5.2 Tabel pertanyaan wawancara ........................................................... 16

BAB V. PENUTUP........................................................................................ 19
         5.1 Kesimpulan........................................................................................ 19
 DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 20
LAMPIRAN................................................................................................... 21

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang
Agama merupakan suatu tonggak kepercayaan bagi manusia dalam  menjalani hidupnya dan merupakan media komunikasi antara manusia dengan Tuhan. Agama mengatur hubungan manusia Tuhan, manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan lingkungannya. Manusia menggunakan agama untuk mencari kebenaran dan agama diyakini sebagai kebenaran oleh manusia. Agama merupakan suatu keyakinan yang diyakini dan dipercayai oleh setiap pemeluknya. Agama diyakin sebagai pedoman bagi setiap penganutnya dalam kehidupan, baik dalam konteks individu maupun bermasyarakat. Agama dapat berfungsi sebagai alat pengontrol perilaku manusia dalam kehidupannya.
Kebebasan memeluk agama dan menganut suatu kepercayaan merupakan hak asasi manusia sepenuhnya. Indonesia merupakan Negara yang menganut paham demokrasi yang memberi kebebasan bagi setiap warganya dalam beragama. Kebebasan untuk memeluk atau menganut suatu agama bagi masyarakat Indonesia tercantum dalam UUD 1945 pasal 9 ayat 2. agama yang diakui di Indonesia ada lima yakni, Islam, Katolik, Protestan, Hindu dan Budha. Agama Islam merupakan agama yang memiliki penganut paling banyak di Indonesia.,“ dengan jumlah pengikut sekitar 99%, Islam di negeri kita praktis merupakan agama nasional” (Nurcholis Madjid, 2003;23).
Namun kini segelintir manusia telah mencoba untuk menenggelamkan Agama menjadi sebuah barang antik yang sifatnya hanya untuk di pajang dan dikenang. Hal ini di sebabkan antara lain oleh, telah terlalu lamanya Agama mengiringi kehidupan manusia. Sehingga Agama di anggap sebagai sesuatu yang kuno. Dan dikhawatirkan Agama tidak akan sanggup mengikuti perkembangan zaman. Dan kebutuhan-kebutuhan manusia yang semakin beraneka ragam. Selanjutnya, sebagai manusia yang menyetujui hal ini beranggapan bahwa kini telah terdapat alternatif lain untuk menggantikan peran Agama, yaitu, teknologi. Agama yang selalu membicarakan hal-hal yang sifatnya eskatologis akan dengan mudahnya digantikan oleh tehnologi yang dipastikan hanya akan membicarakan hal-hal yang sifatnya logis.
Namun ternyata anggapan semacam ini adalah anggapan yang sepenuhnya keliru, karena nyatanya hingga kini Agama menjadi sesuatu yang tak terpisahkan dalam tiap sendi kehidupan manusia. Bahkan manusia yang menganggap dirinya sebagai manusia yang paling modern sekalipun tak lepas dari Agama. Hal ini membuktikan bahwa Agama tidaklah sesempit pemahaman manusia mengenai kebenaranya. Agama tidak saja membicarakan hal-hal yang sifatnya eskatologis, malahan juga membicarakan hal-hal yang logis pula. Agama juga tidak hanya membatasi diri terhadap hal-hal yang kita anggap mustahil. Karena pada waktu yang bersamaan Agama juga menyuguhkan hal-hal yang riil. Begitulah Agama, sangat kompleks sehingga betul-betul membutukan mata yang sanggup “melek” (keseriusan) untuk memahaminya.

1.2.Rumusan masalah

1)      Agama apa saja yang dianut oleh masyarakat Dusun Sruni?
2)      Apakah kepercayaan mayoritas di dusun Sruni?
3)      Adakah kebiasaan khusus yang kerap dilakukan masyarakat dusun Sruni?
4)      Bagaimana Asal usul islam masuk ke dusun Sruni ini?

1.3.Maksud dan tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari diadakannya observasi ini adalah:
1)      Untuk mengetahui kehidupan sosial budaya, terutama sistem keagamaan didusun Sruni
2)      Untuk mengerti dan memahami masalah sosial terutama di bidang ke agamaan dusun Sruni.

1.4.Lokasi observasi
       Observasi ini di lakukan di daerah sekitar kabupaten Jember, tepatnya di dusun Sruni, desa Jenggawah, kecamatan Jenggawah, kabupaten Jember. Lokasi ini dipilih dengan alasan sebagai berikut :
1.      Lokasi ini merupakan daerah yang mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani, karena itu pasti ada dampak pada daerah ini mengenai kebudayaan atau ritual yang masih dilestarikan.
2.      Adanya organisasi keagamaan yang membuat lokasi ini patut untuk di jadikan tempat observasi.
3.      Adanya ritual-ritual dan adanya pondok pesantren, hal ini merupakan pokok bahasan yang menarik dari sisi keagamaan.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Desa

Desa merupakan bentuk pemukiman yang mempunyai tatanan atau aturan hidup tersendiri yang di dalamnya dapat menata kehidupan para pemukim, selain itu desa juga merupakan konsentrasi penduduk pada suatu tempat yang mempumyai berbagai kemudahan dimana memungkinkan kehidupan satu masyarakat dapat berlangsung. Desa juga di definisikan sebagai suatu lingkungan yang penduduknya kurang dari 2500 orang (analisa statistik), memiliki hubungan yang akrab dan serba informal diantara sesame warga (analisa sosial psikologi), dan penduduknya tergantung pada sektor pertanian.
Desa merupakan bentuk suatu pemukiman yang memiliki ciri atau aspek tertentu yaitu suatu desa biasanya terdiri dari sekelompok rumah yang saling berdekatan dan memiliki keakraban diantara warganya, desa biasanya terapat lahan pekarangan dan lahan usaha tani yang umumnya letaknya tidak jauh dari pusat pemukiman, selain lahan peklarangan, lahan usaha tani terdapat pula padang pengembalaan yang dipergunakan untuk mendukung kehidupan dan kebutuhan sehari – hari ( Sugihen, 2005a).
Menurut Chambers (2000a), beberapa daerah tertentu suatu desa mempunyai perangkat bangunan tempat upacara sosial dan budaya dan bangunan khusus untuk kegitan ritual keagamaan.  Desa juga menyediakan bangunan fasilitas umum yang dapat di pakai untuk berbagai tujuan seperti pertemuan rapat – rapat desa, upacara – upacara, dan penginapan bagi tamu desa. Persyaratan fisik pada desa juga mempunyai persyaratan non fisik yang mencakup berbagai macam lembaga dan organisasi sosial serta budaya pedesaan seperti lembaga pemerintah desa (perangkat pimpinan desa), ulama, kaum cerdik pandai, lembaga-lembaga ekonomi dan lembaga – lembaga swadaya masyarakat yang fungsional.
Menurut Shabab (2007), berbagai pengamatan bentuk desa (pola, pengaturan atau organisasi dan tata letak bangunan pemukiman) berbeda dari suatu daerah ke daerah lain. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi alam lingkungan alam sekitar (geografis) pada setiap wilayah. Bentuk desa juga berkaitan erat dengan karakteristik sosial dan budaya yang dominan dipemukiman bersangkutan. Kebutuhan vital, tingkat pengetahuan, dan tingkat teknologi yang dimiliki oleh masyarakat desa sering berperan dalam menentukan tata letak (ruang) suatu desa. Suatu desa atau pemukiman tidak akan terbentuk tanpa adanya sekelompok penduduk atau masyarakatnya.


2.2.Pengertian Agama
Agama dan beragama punya sejarah panjang sepanjang sejarah masyarakat dan manusia itu sendiri, manusia yang memiliki akal, nafsu, perasaan ruhani. Agama ditemukan hampir disetiap masyarakat bahkan setiap individu. Secara sosiologis, masyarakat dan manusia dalam menganut agama atau beragama punya ciri-ciri mempercayai sesuatu yang digunakan secara fanatik, mensakralkan sesuatu, percaya kepada yang gaib (supernatural). Ciri-ciri beragama atau menjadikan sesuatu sebagai agama ini ditemukan pada setiap masyarakat. Karena itu beragama adalah gejala universal, ditemukan dari awal masyarakat manusia ada sampai akhir zaman. (Bustanuddin Agus,2003:1).
Dari perpektif antropology sendiri melihat Agama atau menafsirkan Agama adalah: merupakan sebuah sistem budaya, dimana setiap sistemnya terdapat unsur yang memungkinkan terbentuknya sebuah sistem itu. Antropologi memandang sebuah hal penting dari terbentuknya sistem budaya ini. Yakni sistem gagasan yang mendasari terbentuknya sistem budaya “beragama” ini. Sistem gagasan inilah yang akhirnya menuntun pemikiran manusia hingga menuju pada Tuhan yang nantinya akan di sembah. Agama di sebut sebagai sebuah sistem budaya karena Agama merupakan sebuah hasil dari “sistem gagasan” manusia terdahulu. Sistem gagasan disini bermaksud. Bahwa masyarakat primitif dahulu mengunakan Agama sebagai “alat” penjelas terhadap fenomena-fenomena alam yang terjadi, lambat laun manusia primitif menganggap bahwa segalanya memiliki ruh. Segala fenomena yang disaksikan dan yang mereka nisbahkan pada ruh. artinya dengan demikian, manusia primitif dapat menafsirkan fenomena-fenomena yang ada diartikanya seperti banjir, gempa, dan lainya dengan padangan tersebut.
Sedangkan bagi Max Weber melihat gejala Agama adalah: Tuhan tidak ada dan hidup untuk manusia, tetapih manusialah yang hidup demi Tuhan. Lebih jauh mengenai masalah ini, dijelaskan bahwa menjalankan praktek-praktek keAgamaan merupakan upaya manusia untuk merubah Tuhan yang irasional menjadi rasional. Semakin kita menjalankan peritah-perintah Tuhan maka akan semakin terasa kedekatan kita terhadap Tuhan. Berbeda lagi dengan pendapatnya Emile Durkhem yang menyatakan bahwa Agama secara khas merupakan permasalahan sosial, bukan individual. Karena yang empirik (pada saat itu) Agama di praktekkan dalam ritual upacara yang memerlukan partisipasi anggota kelompok dalam pelaksanaanya. Sehingga yang nampak saat itu adalah Agama hanya bisa dilaksanakan pada saat berkumpulan dangan angota sosial, dan tidak bisa dilakukan tiap individu.



BAB III
METODE OBSERVASI

3.1.Diskusi kelompok dan pencarian referensi sebelum ke lapangan.
Hal ini di maksudkan agar saat di lapangan proses penggalian informasi dapat terlaksana dengan baik dan tidak ada hambatan dalam proses observasi karena sudah ada rencana yang matang apa yang harus di kerjakan saat sudah ada di lapangan.

3.2.Persiapan ke lapangan.
Mempesiapkan apa saja hal yang di butuhkan saat di lapangan dan merencanakan apa saja kegiatan selama di lapangan.

3.3.Pengambilan data.
Dengan cara wawancara dengan nara sumber serta pengamatan-pengamatan langsung di lapangan bagaimana keadaan sosial serta keagamaan di lapangan.

3.4.Menganalisis dan menyusun data.
Hal ini di lakukan agar data bisa lebih mudah di pahami dan agar lebih jelas penyampaianya.

3.5.Pemasukan data ke dalam laporan hasil observasi.
Penyempurnaan pengambilan data dengan memasukanya ke dalam laporan hasil observasi



BAB IV
PEMBAHASAN


4.1.Gambaran Umum Lokasi


Dusun Sruni terletak di daerah jenggawah  jember. Keadaan lingkungan di sana sangat kondusif dan masih asri dengan pemandangan hantaran ladang padi yang masih bersih dan sekaligus gunung-gunung yang masih hijau. Di dusun Sruni mayoritas penduduk bermata pencaharian petani, jadi di dusun Sruni keadaannya cenderung sepi karena jika pagi, siang dan sore hari kebanyakan penduduk masih bertani. Masyarakat di dusun Sruni cenderung ramah dengan para tamu. Meskipun dusun ini sangat jauh dari perkotaan dan pelosok tapi sosialisasinya dengan pendatang sangat mudah. Kemudian keadaan keagamaan di dusun Sruni  adalah mayoritas penduduk beragama islam. Hanya sedikit sekali yang beragama non islam, atau bisa dipastikan tidak ada yang non-islam

4.2. Perjalanan ke Lokasi
Sebelum berangkat kami pastikan dulu untuk semua anggota kelompok telah siap dengan apa saja yang dibutuhkan dalam observasi di lapangan. Setelah semua berkumpul kami putuskan untuk segera berangkat tanpa menunda nunda lagi, Awal perjalanan kami mulai pada hari rabu 11 Maret 2014. Mulai dari berangkat kos yang kurang lebih sekitar jam 08.00 WIB. Perjalanan kami lakukan dengan tanpa tujuan, iya kami katakan demikian karna dimanakah dusun sruni dan harus lewat jalur mana kami sama sekali tidak tahu. Tetapi beruntungnya kami sebagai manusia, terbesit ide untuk bertanya kepada siapa saja yang kami temui diperjalanan. Yang namanya rasa santai dan nyaman tidak sama sekali kami temui selama diperjalanan kata terburu buru lah yang dari awal menghidupkan sepeda motor, sampai ditengah perjalanan menuju dusun sruni selalu terngiang di pikiran, itu dikarenakan ada jam kuliah lagi sekitar jam 13.00 WIB.
Sekitar pukul 09.55 WIB kami sampai di desa Ajung, satu satunya yang kami pikirkan adalah bertanya, kebetulan ada sepasang suami istri yang cukup berumur dengan sepeda ontel dikayuh dengan santainya terlihat begitu romantis dan so sweet nya. Kami mencoba menghentikanya dan bertanya pada pasangan tersebut

“permisi pak buk, mau tanya pak desa sruni itu di mana ya pak??” Tanya ika.
“oh masih jauh dek, jalan raya ini ya lurus terus nanti sampai pasar jenggawah ke selatan sedikit lalu ada pertiggaan belok kanan” jawab bapak sepeda ontel.
“jalan yang besar ini pak?“ tanya ika lagi sembari menunjuk jalan raya.
“kalau nanti masih bingung nanya saja sama tukang becak disana, nah setelah pasar ada post tukang becak” tambah bu sepeda ontel.
“oh iya buk terimakasih”
“adek adek ini mau kkn ya??” tanya ibuk sepeda ontel yang penasaran
“mm” sontak kami bertiga kaget dan diam tanpa kata, kami bertiga hanya bisa senyum dan menahan ketawa, tidak salah memang pertanyaan ibuk tadi, karna kami ketika observasi mengenakan jas almamater unej kebanggan kami.
“yaudah pak buk terimakasih banyak, maaf merepotkan sebelumnya, mari pak.. mari buk..” kata saya terburu buru.

setelah mendapat beberapa informasi lokasi dusun sruni kami langsung melanjutkan perjalanan dengan kecepatan 60-80 Km/Jam, saat itu kami sangat mengharapkan langit akan mendung tapi tidak sampai hujan, tapi panas ynag sangat menyengat menembus baju dan almamater yang kami pakai. Tapi inilah perjuangan demi memenuhi tugas kuliah, panas yang seperti ini tidak ada apa-apanya..

Tidak terasa 20menit terlewati sekitar 10 meter didepan kami terlihat keramaian orang berjualan asumsi saya itu adalah pasar, dan memang benar itu adalah pasar jenggawah yang tadi bapak dan ibuk sepeda ontel bicarakan. Setelah pasar jenggawah memang ada belokan lalu kami langsung aja berbelok kekiri tanpa melihat lihat lagi petunjuk, apakah ini desa sruni ataukah bukan, setelah itu kebetulan ada pos tukang becak lalu kami bertanya lagi
“permisi pak mau numpang tanya, desa Sruni dari sini masih jauh pak?” tanya ika pada bapak tukang becak.
“wah masih sangat jauh dek, jalan ini masih lurus nanti ada jembatan kecil itu pas setelah jembatan belok ke kanan, dek” jawab pak tukang becak dengan jelas.
“ooh iya pak terima kasih banyak pak, mari pak” pamit ika.

Kami kira itu adalah terakhir kalinya kami bertanya tentang arah kepada orang orang yang kami lihat, ternyata perjalanan masih sangat panjang menuju tempat tujuan, kali ini kami masuk padesaan yang akses jalannya sudah sangat berbeda dari yang tadi, kali ini akan jauh lebih sulit, sambil lihat lihat kekanan kekiri ternyata masih belum masuk ke desa sruni, rasa capek dan haus serta lapar terus menggoyahkan pikiran kami yang memang dari pagi perut belum terisi sesuap nasi pun. Yang ada dipikiran setelah sampai desa sruni hal pertama yang harus kami temukan yaitu warung. Tetapi sebelum itu bagaimana cara kami agar sampai ke desa sruni sebelum dzuhur, agar nanti pulangnya tepat sebelum jam kuliah lainya dan tidak terlalu sore.

Lama diperjalanan bergumam gak karuan, kami berhenti sejenak untuk melepas penat dan mencoba mendinginkan tubuh yang dari tadi kepanasan. kami berteduh tepat dibawah pohon bambu yang cukup rimbun ditambah disekitar pemandangan lahan jagung dan padi yang sudah waktunya dipanen. Perjalanan kami lanjutkan kembali walaupun panas bukan lah halangan yang berarti, beberapa meter dari perjalanan kami, kami melihat sekelompok anak anak bermain sepakbola di sebuah lahan kosong, kami bertanya pada anak anak tersebut tentang desa sruni,
 “adek-adek boleh ganggu sebentar gak?” tanya ika sambil bersuara agak keras.
“iya kakak” seru adek adek itu serentak. “ada apa kak?” tanya salah satu dari mereka
“kalo dari sini dusun sruni masih jauh ya?”
“ini dusun sruni kak,hahaa” jawab mereka serentak lagi, disertai tertawa yang kekanak kanakan
“kalo balai desanya dimana dek?”
“disitu kak” sambil menunjuk ke arah tujuan
“dari jalan ini kemana dek?” tanya ika penasaran !
#@%*#@%...” Jawab mereka bersama-sama sehingga gak jelas yang mereka katakan.
“haa apa dek,? Satu aja dek yang jelasin.” Seru ika agak kesal
“jalan ini ya kak, lurus aja nanti keselatan terus per empatan ke kiri dikit. Pokoknya kalau ada sekolah TK ya di depan TK itu kak”
“oo gitu, makasi dek” kata ika sembari melambaikan tangannya
“iya kakak cantik” jawab mereka serentak lagi.
“makasi” jawab ika dalam hati sembari tersenyum tersipu malu.
Aku dan riski hanya menawan ketawa melihat kekoyolan anak anak ini, namanya juga anak anak wajar kalo masih kekanak kanakan dan kepolosan mereka yang masih alami.

Beberapa menit kemudian tiba lah kami di depan kantor kepala desa bertuliskan desa sruni. Disitu kami berhentik sejenak dan menyiapkan beberapa keperluan yang diperlukan untuk mencari data data dari penelitian nanti yang akan dibuat melalui proses wawancara dan pengamatan langsung. Setelah semua persiapanya beres hal pertama yang kami lakukan ialah berfoto di depan papan bertuliskan desa sruni tapatnya di depan kantor kepala desa. Kemudian kami melanjutkan untuk yang kedua ialah mencari kepala desa, dusun sruni. Kami berkeliling melihat lihat ruang di kantor kepala desa mencari ruang kepala desa. Tetapi sepertinya kami kurang beruntung karna orang yang kami tuju sedang kosong atau tidak ada di ruangnya. Selanjutnya kami mencari siapapun saja yang menjadi perangkat desa untuk kami wawancarai al hasil kami tidak menemukan seorang pun di kantor ini, yang kami lihat hanya dua orang laki-laki dan perempuan berduaan di balai kepala desa. Sungguh ironis dimana semua perangkat desa ini. Padahal kami datang hari Rabo tapi tak seorang pun kami temui.

Capek dari perjalanan dan berkeliling di kantor kepala desa dusun sruni, selanjutnya kami bertujuan mencari warung untuk mengisi perut dan memulihkan tenaga kami. Lama berkeliling dari sana kesini balik lagi kesana dan kesini begitu seterusnya tidak ada satupun warung yang kami temui hanya toko toko kecil dan penjual penjual jajanan di sekolahan,
setelah itu kami melihat masjid yang cukup besar megah dan terawat berdiri kokoh di sebuah desa kecil ini. Lalu kami mengabadikanya sekaligus dimasukan kedalam hasil laporan kami untuk tugas ISBD ini.

Setelah itu kami melanjutkan pencarian kami, berkeliling mencari warung kesana kesini, tidak lama kemudian kami menemukan warung yang tidak terlalu ramai berbeda dengan warung warung yang ada didesaku dimana sebuah warung itu kapanpun pasti akan ramai sekali dengan bapak bapak/ anak anak muda yang lagi ngopi atau sekedar nongkrong dan ngobrol.
Tidak lama lama lagi kami mencoba memesan makanan tapi ternyata warung ini tidak menjaul makanan, tapi untungnya masi ada mie instan yang ibu penjaga warungnya bersedia untuk memasakkanya untuk kami. Sambil makan aku mendaapat ide kenapa tidak sekalian mencari data data dan melakukan wawancara kepada ibu ini untuk melengkapi tugas kami. Setelah aku rundingkan kepada ika dan riski mereka setuju, sesi wawancara pun berjalan lancar.

 “maaf bu boleh minta waktunya ibu sebentar, kami kan ada tugas observasi di desa sruni ini dan kami ingin menanyakan beberapa hal tentang desa sruni ini.” Tanya ika kepada bu warung.
“iya boleh, tugas KKN ya dek?? Kemaren itu juga ada mahasiswa unej yang KKN di desa sebelah. Adek-adek ini dari fakultas apa?” tanya bu warung kepada kami
Tentu saja kami sangat ingin ketawa dan kaget sudah dua kali ini kami dianggap mau KKN, yang terbesit di pikiran ku ialah apa wajah kami emang sudah terlihat tua ya? Atau bagaimana? Yang pasti mungkin sudut pandang masyarakat desa ini berbeda yang artinya mahasiswa dianggap pembawa perubahan untuk desanya.
“mm, kami dari fakultas ekonomi bu, oh ya nama saya ika, sebelah saya ini zainul dan satunya yang sana riski.” Jawab ika yang agak ragu, aku lega karna ika tidak menjawab kami ini sedang KKN atau tidak jadinya tidak harus berbohong.
“begini bu jadi tugas kami ini tentang sistem religi/keagamaan yang ada di dusun sruni ini, lalu bagaimana asal usul tersebarnya agama islam di dusun sruni ini ya bu?” tanya ika
“kalau asal usul nya ibu kurang tau, ya mungkin sudah sejak zaman dulu kakek nenek ibu dulu lalu di bawa bapak ibu saya barulah diturunkan kepada saya.” Jawab bu warung tersebut
“kalo di dusun sruni ini mayoritas beragama apa bu?” sahut ika
“kalo mayoritasnya semuanya islam masyarakat di desa ini.” Seru bu warung
“lalu adakah kegiatan khusus bu yang diadakan masyarakat desa sruni ini?” tanyaku yang pengen tau.
“nah kegiatan kegiatan masyarakat sini yang sering dilakukan itu, pengajian. Yang rutin dilakukan ibu-ibu desa sruni setiap hari selasa sore dan rabo malam,” jelas bu warung
“bapak-bapaknya gak ada kegiatan pengajian bu?” tambah ika
“kalo bapak-bapak nya itu ada pengajian dulu setiap hari sabtu malam tapi sekarang sudah gak jalan lagi. Ya tinggal pengajian ibu-ibu yang tadi rutin dilaksanakan”
“itu pengajian dilakukan di masjid atau gimana bu?” tambah ika lagi
“yang selasa sore itu dilakukan di masjid utama desa sruni, yang rabo malam dilakukan bergiliran di setiap rumah ibu-ibu desa sini” seru bu warung
“oo gitu, trus anak anak nya juga ikut pengajian juga bu?” tanya ika lagi
“anak anak disini setiap sore itu ngaji, disebelah sana itukan ada pondok pesantren, disitu anak anak sini biasanya ngaji setiap sore.” Sembari menunjuk kearah pondok.
“nama pondok pesantrennya apa bu?” sahut ku
“al al tanwirul apa gitu lupa ibu, ya nanti adek adek bisa lihat kesana” kata ibu
“jauh bu ponpesnya dari sini?” sahut ku lagi
“ya jalan ini lo dek lurus aja kalo ada tembok tinggi itu pondoknya” jawab bu warung
“oo iya bu terima kasih, sekalian minta fotonya ibu buat dokumentasi tugas” jeprett jeprett
“oh ya berapa tadi bu makanan nya?” tanya ika
“semuanya 13.500 dek”
“oh ya ibu namanya siapa?” tanya ika lagi
“siti ainun alfiah”
“terima kasih bu, kalau gitu kami langsung ke ponpes aja bu” pamit ika
“iya dek”
“mari bu”

Perjalanan kami lanjutkan ke pondok pesantren yang ada di desa sruni ini, kami tidak menyangka didesa yang kecil dan cukup sulit aksesnya ini masih terdapat ponpes yang setiap sorenya digunakan untuk anak anak desa sruni mengaji dan belajar Al Qur’an. Tak lama kami tiba di sebuah mushola kecil, lalu kami berhenti. Kami kira disini lah seharusnya pondok pesantren itu berada. Seperti yang bu ainun tadi katakan bahwasanya ada tembok tinggi di situlah pondok pesantrenya. Tapi kami tidak menemukan adanya tanda tanda suasana pondok, ramainya anak anak pondok, dan papan bertuliskan nama pondok tidak kami temukan, ini sangat berbeda jauh dengan pondok pesantren yang sering aku temui di kota kelahiranku, kota jombang. Lalu kami melihat seorang remaja yang tau kalau kami sedang kebingungan dan butuh bantuan, sebelum kami bertanya. Remaja itu bertanya lebih dulu pada kami

 “nyari apa mas?” tanya remaja itu padaku
“nyari pondok pesantren, gatau namanya apa gitu dek.” Jawabku
“kalau pondok pesantren yang paling deket sini dimana dek ya?” tanya ika
“ini mbak masuk saja, ini pondok pesantren Al Tanwirul Qulub dusun Krajan Desa Sruni.” Jawab remaja tadi sembari menunjukan jalan
“o ini pondoknya” kata ika
“tunggu sebentar mbak, mas tak panggilkan pengurusnya” kata remaja tadi
“iya” kata kami serempak
Ku kira pondok pesantren yang tadi di katakan bu ainun tadi itu pondok yang besar luas, ramai dan terkenal. Tapi sebaliknya kecil, sepi dan jauh dari perkiraan. Salah memang kalo aku membandingkan pondok disini dengan pondok di jombang. Tapi ya sama ajaa yang namanya pondok ya tempatnya menuntut ilmu dan mendalami Al Qur’an.
Cukup lama kami menunggu di depan mushola entah yang di panggil remaja tadi seseorang yang sudah senior penuh ilmu atau seseorang yang sudah banyak ilmu agamanya, bayangan yang bisa ku gambarkan lewat pikiranku ialah seseorang yang berjenggot panjang dan memakai sarung dan gamis. 5 menit kami menunngu dan akhirnya yang kami tunggu datang dan ternyata.
“assalamualaikum” kata pemuda dengan suara lirih,
“waalaikum salam” jawab kami.
yah tebakanku salah total, seseeorang ini masi muda, bisa dibilang seumuran lah dengan kami bertiga. Pakaiannya pun biasa dengan kaos oblong dan celana seperempat dengan topi yang dibalik kebelakang, mungkin salah jika aku mengira pondok pesantren harus sama dengan apa yang ada di jombang, setiap pondok punya kebiasaan dan tradisi berbeda-beda menyesuaikan kebutuhan dan kondisi lingkungan pastinya.

 “maaf mas mas ini dari mana ya?” tanya pemuda itu.
“kami dari unej, kami kan ada tugas ya tentang sistem agama di desa sruni ini, jadi kami minta tolong minta waktunya sebentar untuk mencari data data” jelas ku
“iya mas, mungkin di pondok akan lebih banyak pengetahuannya tentang keagamaaan yang ada di desa ini” sambung ika
“insyaAllah kalau saya bisa dan tau akan saya bantu” kata pemuda itu
“masnya namanya siapa ya?” tanya ika
“nama saya Muhammad Fathul Bachri” jawab nya
“enaknya dipanggil mas siapa ya?” tanya ika lagi
“bachri, panggil bachri aja mbak”
“mas bachri asli jember atau perantauan?”
“saya asli jember, dari desa sebelah tepatnya.”
“kok bisa mondok disini itu alasanya bagaimana?” tanya ika penasaran
“jadi ini sebenarnya itu bukan pondok mbak dulunya, ini hanya mushola biasa. Tapi dulu itu sering sekali di pakai buat ngaji anak anak sini sampai ada yang menginap disini, makanya ada usulan dari pengurus mushola sini untuk dijadikan pondok gitu” jelas bachri
“banyak mas yang mondok disini?” tanya ika
“dikit sih sekitar 10 an”
“pemilik pondoknya ada mas?” tanya ika lagi
“itu mbak rumahnya” kata bachri sembari menunjuk kearah rumah besar sebelah pondok.
“orangnya ada mas?”
“gak ada mbak, lagi keluar dari kemarin”
“kalau asal usul tersebarnya agama islam di sruni ini gimana mas ya?” tanya ika
“kalau itu saya kurang tau mbak ya, mungkin kyai kasman lebih tau soal itu” kata nya
“kyai kasman itu pemilik pondok ini ta?” tanyaku
“iya mas”
“gitu, kalau mayoritas masyarakat sini beragama apa ya mas?” tanya ika
“100 % islam mbak, ada sih satu keluarga yang non islam”
“ada mas yang non islam? Rumahnya deket dari sini?” tanya ika
“agak jauh si mbak, yang non islam itu di desa sebelah sana mbak”
“oh jadi bukan penduduk desa sruni?”
“bukan mbak”
“mm kebiasaan khusus yang sering di lakukan masyarakat sini ada gak mas?” tanya ku
“kalau kebiasaan khusus ada sih mungkin pengajian, trus kalau sore itu disini ramai sekali, soalnya anak anak kalau mengaji ya disini”
“oh gitu, ramai ya pondoknya” kata ku
“ya gitu, tau sendiri lah mas gimana pondok an itu.” Katanya
“lalu untuk bapak bapak dan ibu ibu itu kalau pengajian setiap hari atau gimana mas?” tanya ika pada bachri
“beda beda sih mbak, kalau ibu ibu biasanya setiap hari selasa sore sama rabo malam, kalau untuk bapak bapak nya sudah jarang sih dilakukanya, gak se rajin para ibu ibu.” Terangnya
“kalau kepercayaan kepercayaan yang lain ada gak mas yang masih diyakini?” tanya ika lagi
“kepercayaan yang masih dilestarikan mungkin penyiapan sesajen yang masih dilakukan hingga sekarang tapi sudah tidak lagi seperti dulu, ya hanya ketika hari hari besar saja”
“tapi masih kan ya, biasanya itu digunakan untuk apa sih sesajen itu mas?” tanya ika penasaran.
“setau saya mbak ya, sesajen itu digunakan untuk tanda terima kasih alam sekitar, trus tolak balak”
“selain sesajen ada lagi gak mas yang kerap dilakukan masyarakat desa sruni?” tanyaku pada bachri
“o ini kalau panen itu mas selalu diadakan perayaan, sebagai tanda syukur kepada Allah yang telah memberikan rezekiNya kepada kami gitu” jelas nya
“oke mas itu aja, terima kasih atas waktunya” kata ika
“iya mbak. Mas sama sama” kata bachri.
“mari mas” kata ika.
Jam telah menunjukan pukul 12.30 WIB kami hanya punya waktu 25 menit dari sini untuk kembali ke fakultas ekonomi, jarak yang kami tempuh sekitar 15 km. Ngebut adalah pilihan kami dan semoga Allah memberi kelancaran pada kami.
Amiiin


BAB V
HASIL
5.1.IDENTIFIKASI
5.1.1. IDENTIFIKASI STRUKTUR DESA
Nama Kepala Desa               : Nanang Kusminarno, SH.
Nama Sekertaris Desa           : Abdul Wahid, SE.
Nama Bendahara Desa         : 
5.1.2. IDENTITAS PETANI
Nama Petani                         : Djumadi
Status                                    : Petani
Umur                                     : 59 Tahun
5.1.3. IDENTITAS PEMUDA
Nama                                    : M Fathul Bachri
Status                                    : Pelajar
Umur                                     : 21
5.1.4. IDENTITAS IBU RUMAH TANGGA
Nama                                    : Siti Ainun
Status                                    : Pedagang
Umur                                     : 52

5.2.TABEL PERTANYAAN WAWANCARA
Daftar Pertanyaan Wawancara yang diajukan ke Petani
No
Pertanyaan
Jawaban
1
agama apa saja yang ada di desa sruni?
Islam
2
Bagaimanakah asal usul dari tersebarnya agama tersebut di desa sruni?
Gak tau
3
Siapa pembawa agama tersebut ke desa sruni?
Gak tau
4
adakah tradisi khusus masyarakat desa sruni?
Tidak ada
5
Sudahkah agama tersebut mempengaruhi kehidupan sosial budaya di desa sruni?
Kurang tau
6
Apakah ada kebiasaan khusus bagi penduduk di desa Sruni?
Bertani
7
Apakah ada kepercayaan-kepercayaan khusus bagi penduduk Sruni?
Tidak ada

Daftar Pertanyaan Wawancara yang diajukan ke Pemuda
No
Pertanyaan
Jawaban
1
agama apa saja yang ada di desa sruni?
Mayoritas penduduk beragama Islam, ada 2 kepala keluarga yang non muslim itupun diluar desa sruni.
2
Bagaimanakah asal usul dari tersebarnya agama tersebut di desa sruni?
Kalau itu kurang tau
3
Siapa pembawa agama tersebut ke desa sruni?
Kurang tau juga
4
adakah tradisi khusus masyarakat desa sruni?
Ada, seperti Perayaan Panen raya yang merupakan upacara yang di peruntukan untuk Allah yang telah memberikan limpahan rezekiNya kepada kami.
5
Sudahkah agama tersebut mempengaruhi kehidupan sosial budaya di desa sruni?
Sudah mungkin
6
Apakah ada kebiasaan khusus bagi penduduk di desa Sruni?
Di desa sruni ada kebiasaan khusus seperti ritual-ritual yang masih di pertahankan seperti halnya pemberian sesajen pada perempatan jalan.
7
Apakah ada kepercayaan-kepercayaan khusus bagi penduduk Sruni?
Kepercayaan tentang hal hal mistis masih kuat disini

Daftar Pertanyaan Wawancara yang diajukan ke Ibu Rumah Tangga
No
Pertanyaan
Jawaban
1
agama apa saja yang ada di desa sruni?
Islam
2
Bagaimanakah asal usul dari tersebarnya agama tersebut di desa sruni?
Di dusun sruni ini mayoritas penduduk beragama islam dan minoritas atau sangat sedikit sekali atau bisa dibilang hampir tidak ada yang beragama non muslim. 100% warga beragama islam. Mayoritas penduduk adalah nahdatul ulama (NU) dan hanya sedikit sekali yang muhammadiyah,
3
Siapa pembawa agama tersebut ke desa sruni?
Kurang tau
4
adakah tradisi khusus masyarakat desa sruni?
biasa menggelar selametan diantaranya tahlilan, pengajian selasa sore dan rabo malem lain sebagainya. Hal ini di maksudkan juga untuk bersosialisasi antar warga.

5
Sudahkah agama tersebut mempengaruhi kehidupan sosial budaya di desa sruni?
Sudah mungkin
6
Apakah ada kebiasaan khusus bagi penduduk di desa Sruni?
Ya seperti slametan, tahlilan trus pengajian itu tadi.
7
Apakah ada kepercayaan-kepercayaan khusus bagi penduduk Sruni?
Tidak ada


BAB VI
PENUTUP

6.1.kesimpulan
Masyarakat desa sruni mayoritas muslim
1.      Kebanyakan masyarakat desa sruni taat dan patuh pada Agama tetapi masih mempercayai sesajen
2.      Masyarakat desa sruni masih melakukan kegiatan keagamaan seperti pengajian untuk ibu-ibu, bapak-baoak dan anak-anak.
3.      Tentang asal usul masuknya agama islam di desa sruni tidak diketahui
4.      Selalu rutin diadakan perayaan setiap kali panen raya.

LAMPIRAN

1.      pedoman wawancara

1.      agama apa saja yang ada di desa sruni?
2.      Bagaimanakah asal usul dari tersebarnya agama tersebut di desa sruni?
3.      Siapa pembawa agama tersebut ke desa sruni?
4.      adakah tradisi khusus masyarakat desa sruni?
5.      Sudahkah agama tersebut mempengaruhi kehidupan sosial budaya di desa sruni?
6.      Apakah ada kebiasaan khusus bagi penduduk di desa sruni?
7.      Apakah ada kepercayaan-kepercayaan khusus bagi penduduk desa sruni?

2.      Transkip wawancara
Bu Siti Ainun :
Di dusun sruni ini mayoritas penduduk beragama islam dan minoritas atau sangat sedikit sekali atau bisa dibilang hampir tidak ada yang beragama non muslim. 100% warga beragama islam. Mayoritas penduduk adalah nahdatul ulama (NU) dan hanya sedikit sekali yang muhammadiyah, yaitu sekitar 4 kepala keluarga. Warga NU disana juga biasa menggelar selametan diantaranya tahlilan, pengajian selasa sore dan rabo malem lain sebagainya. Hal ini di maksudkan juga untuk bersosialisasi antar warga.

Mas M Fathul Bachri
Didusa ini semua penduduknya beragama islam, ada 2 kepala keluarga yang non muslim itupun diluar desa sruni. Kemudian di desa sruni masih ada ritual-ritual yang masih di pertahankan seperti halnya pemberian sesajen pada perempatan jalan dan perayaan untuk panen raya. Perayaan Panen raya merupakan upacara yang di peruntukan untuk Allah yang telah memberikan limpahan rezekiNya kepada kami.
Pak Djumadi
Tidak ada